Teman Tapi Jahat – Dear teman SD-ku, tulisan kali ini adalah cerita nostalgia masa kecil saya di dua kota juga sekolah SD yang berbeda. Suka, duka canda dan tawa sepertinya saya lalui begitu saja tanpa beban. Karena kan katanya beban anak sekolah itu cuman PR dan ulangan saja.
Jadi ketika mendapat tema “Di SD, adakah teman yang kau benci/tidak sukai. Mengapa?” saya bingung mau menulis apa.
Masih tentang orang yang menyebalkan, kali ini teman yang kau benci atau tidak sukai. Hmmm, jujur satu minggu ini saya berkutat dengan pertanyaan siapa dan mengapa? Siapanya saja belum ketemu, pakai ada pertanyaan lanjutan lagi, mengapa … hahaha.
Apalagi, saya melewatinya di dua SD yang berbeda. Satu di Tarakan (SD Patra Dharma) dan satu lagi di Surabaya (SDN Percobaan).
Potret masa kecil
Hayo tebak, melihat foto di atas … saya yang di sebelah mana ya?
Lucu dan menggemaskan ya teman-teman SD saya itu? Wajar lah kalau kemudian saya sedih ketika tahu bahwa harus berpisah dengan teman-teman di SD Patra Dharma ini, apalagi sebagian dari mereka adalah juga teman di bangku TK.
6 tahun lebih bersama dengan mereka, apalagi saya bersekolah di sekolah swasta dengan jumlah murid sedikit. Menjadikan jumlah kelas tiap tingkat hanya 1 kelas saja, pun dengan jumlah siswanya.
Satu kelas hanya diisi paling banyak 24 murid saja, beda dengan jumlah kelas dan murid di pulau Jawa yang bisa mencapai 40 per kelasnya saat itu.
Pindah sekolah ke luar pulau
Nah, di Surabaya saya hanya melewatinya selama 2 caturwulan saja. Mendapat label “anak baru” yang pindahan ketika jelang EBTANAS, sehingga lumayan membuat saya keteteran mengikuti kurikulum di Pulau Jawa.
Iya loh, tahun ’95 dulu itu kurikulum antara sekolah di pulau kecil di ujung Kalimantan dengan pulau besar di Jawa berbeda jauh. Pelajaran Matematika terutama, apalagi saya itu paling sebel dengan berhitung (kecuali menghitung uang banyak) hahaha.
Alhasil ketika penerimaan rapor akhir cawu 2 nilai saya jeblok, belum lagi kena mata pelajatan Bahasa Jawa … biyuh-biyuh, mengartikan soal “Anak ayam arane?” itu saja saya tidak bisa. Jadi jangan heran jika nilai bahasa Jawa saya 5 wkwkwk.
Kekerasan di sekolah
Menyesuaikan diri dengan mata pelajaran saja saya butuh waktu, belum dengan teman-teman di sekolah. Eh masih ketambahan dengan sesuatu yang benar-benar baru pertama kali saya alami di sekolah.
Kekerasan di sekolah, saya pernah mengalami bulan-bulanan kemarahan salah seorang teman di sekolah akibat depresi karena masalah dalam keluarganya … sebut saja ia Mawar.
Tak ayal hal tersebut membuat saya stres pada awal masuk sekolah di SDNP Surabaya, karena pada akhirnya masalah tersebut sempat membuat saya dijauhi oleh teman-teman di sekolah.
Ternyata saya sempat menjadi korban bullyingย di sekolah, ckckck. Mawar iri kalau melihat saya yang biasa disebut “anak baru” bermain bersama teman-teman lainnya, sedangkan ia tidak.
Awalnya Mawar hanya menunjukkan ketidaksukaannya dengan raut wajah menyeramkan, melirik tajam kepada saya dan siapa saja yang dekat dengan saya. Hingga puncaknya, saya hampir dipukul menggunakan sapu olehnya.
Iya sapu bok! Gila nggak tuh, sontak saya kaget hingga menangis (kayaknya sih, saya lupa juga hihihi). Pun keesokkan harinya selama 2 hari, saya sampai tidak berani masuk ke sekolah karena takut dengannya.
Ditatap dengan tatapannya yang tajam saja saya merinding, eh masih ditambah acara pukul pakai sapu … hiks T_T
Teman Tapi Jahat
Meski mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti itu, sementara kasus kami pun berakhir secara kekeluargaan. Apakah lantas saya membenci Mawar? Tidak, saya tidak pernah membencinya … tapi takut hahaha ^^v
Mendapati saya kembali bermain akrab dengan teman lain, sudah pasti Mawar akan melirik tajam ke arah saya dan hal tersebut membuat saya sungguh tidak nyaman bahkan takut. Berdoa semoga Mawar tidak sampai memukul saya lagi … errr.
Iya … saya setakut itu dengannya. Akhirnya saya sendiri lah yang berusaha supaya suasana hati Mawar selalu senang. Karena saya sudah paham masalah apa yang membuat Mawar sanggup berbuat kasar kepada saya kemarin.
Jadi, meskipun hari-hari saya tidak nyaman … ya mau bagaimana lagi, kalau kata wong Jowo “Sing waras ngalah.”
**
Hmmm, cerita yang pelik. Jadi maafkan kalau kali ini saya tidak bisa menjawab pertanyaan dari tema minggu ke-3. Eh malah berbalik, justru saya sendiri menjadi subyek teman yang dibenci … buahahaha. Mawar oh Mawar jangan benci saya dong ^^v
“Forgive them, even if they are not sorry. Holding on to anger only hurts you, not them.”
Tapi setidaknya ada pelajaran yang bisa diambil. Entah kenapa tidak pernah terbersit dalam benak saya untuk membencinya. Teman tapi jahat, bukan trus harus dibenci.
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam rangkaianย Nulis Bareng Ning Blogger Surabaya, dengan tema “Di SD, adakah teman yang kau benci/tidak sukai. Mengapa?”