“Sampai kapan ya airnya mati, huhuhu belum mandi juga nih.”
Sudah 4 tahun lebih tinggal di Malang, namun masih sering mengeluhkan air PDAM yang mendadak mati total. Hingga akhirnya notifikasi akun media sosial PDAM setempat saya aktifkan agar tak ketinggalan info mengenai air mati.
Singkat cerita setahun lalu sekitar bulan Juni 2019, kami merasakan yang namanya mandi menggunakan air galon. Aliran PDAM mati total selama dua hari karena perbaikan pipa PDAM yang bocor.
Manfaat Air Untuk Kehidupan Sehari-hari
Wuah, air baru mati dua hari saja sudah kelabakan ya. Karena begitu besar manfaat air untuk kehidupan sehari-hari. Terutama bagi keperluan rumah tangga. Antara lain:
1. Memasak
Kebiasaan mencuci sayur, ikan, daging ayam, telur sebelum dikonsumsi selalu saya lakukan untuk menghilangkan bakteri, kuman atau virusΒ agar layak makan.
Kebutuhan air sebagai salah satu bahan masakan pun dirasa penting, kebayang nggak sih kalau tiap harinya menu makanan kita keringan saja alias tanpa sayur. Otomatis nutrisi tubuh pun tidak maksimal yang dapat mengganggu kesehatan kita.
2. Minum
Pada umumnya tiap orang minum air putih 8 gelas sehari (sekitar 2 liter). Jadi, jangan lupa minum ketika kita merasa haus, agar kebutuhan air dapat terpenuhi supaya tubuh tidak dehidrasi.
3. Mencuci baju
Bisa dibilang pemakaian air untuk mencuci baju adalah pemakaian terbanyak. Meski begitu hal tersebut penting dilakukan, kalau baju tidak dicuci esok hari mau pakai baju apa? hahaha.
4. Membersihkan rumah
Kebayang nggak sih kalau lantai rumah tidak pernah dipel (red: membersihkan lantai dengan kain) sama sekali? Dua hari tidak dipel saja rasanya kaki ini lengket tidak karuan.
Jadi, saya mengepel lantai menggunakan air bersama cairan pembersih lantai tiap harinya. Terlebih di musim pandemi COVID-19 ini, sebaiknya rutin mengepel lantai agar lingkungan rumah terjaga kebersihannya.
5. Mandi
Untuk menjaga kebersihan paling tidak dua kali dalam sehari mandi dengan air menggunakan sabun. Mandi dilakukan untuk menghilangkan debu atau mungkin kuman penyakit yang menempel di badan.
6. Menyiram tanaman
Agar tanaman tidak mengalami kekeingan terutama di musim kemarau, saya rutin menyiram tanaman setidaknya sehari sekali agar daun tidak layu, atau bahkan mati.
Krisis Air
Seperti dikutip lewat siaran KBR Prime 22 Mei 2020 di Ruang Publik, bertajuk “Antisipasi Ancaman Bencana Kekeringan 2020”. Bersama dua narasumber yakni Muhammad Reza dari Koordinator Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA) dan Cak Purwanto dari kelompok masyarakat peduli air, Yayasan Air Kita Jombang.
Pada siaran tersebut dikatakan bahwa hingga tahun 2030, ketersediaan air di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara diprediksi akan semakin langka. Hal ini tertera dalam Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020 – 2024 yang dikeluarkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau disingkat Bappenas.
Jika dilihat dari letak geografis negara Indonesia yang berada di bentang garis khatulistiwa membuat kelembapan udara relatif tinggi juga curah hujan. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya, krisis air diprediksi mengancam hampir 10% wilayah di Indonesia atau setara dengan dua kali luas pulau Jawa. Pun diperkirakan kualitas air menurun secara signifikan.
Terhitung per kapita jatah air Indonesia 9x lipat dari rata-rata dunia, namun faktanya 119 juta masyarakat malah belum mendapatkan akses air bersih dan sanitasi. Hingga mengakibatkan munculnya beberapa macam penyakit, baik yang kronis, maupun akut seperti virus Corona COVID-19 yang menjadi pandemi.
Selain itu tingkat kematian bayi akibat buruknya sanitasi tercatat 100.000 anak per tahun, bahkan stunting pun tak bisa dihindari, menyebabkan negara kita Indonesia terburuk di ASEAN dalam perkara sanitasi air.
Problem yang pelik ya, adapun 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya krisis air antara lain adalah:
1. Perubahan iklim
Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim atau Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) adalah suatu panel ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan seluruh dunia. IPCC memperingatkan bahwa untuk mencegah terjadinya bencana iklim ekstrim akibat pemanasan global dengan maksimum kenaikan suhu 1,5Β° celcius, kita hanya memiliki 12 tahun tersisa atau sampai tahun 2030.
“Ah, kecil lah itu cuman 1,5Β° celcius ini.”
Eits jangan salah, kenaikan suhu sekecil itu saja sudah dapat menambah risiko terjadinya bencana alam ekstrim seperti cuaca panas ekstrim, kekeringan parah, banjir dengan curah hujan ekstrim, serta mencairnya daratan es di kutub utara yang berdampak pada ratusan juta orang di seluruh dunia.
Tanpa kita sadari bencana alam tersebut bahkan benar-benar telah terjadi di Indonesia. Coba deh kita perhatikan, di mana musim kemarau menjadi lebih panjang dibanding musim hujan. Hal ini lah yang menyebabkan intensitas curah hujan tinggi sehingga berujung banjir pada beberapa wilayah di Indonesia. Seperti banjir besar yang melanda Jakarta awal tahun 2020 ini.
2. Faktor geologi dan kondisi tanah
Di kota Malang sendiri, terdapat fakta yang cukup mengejutkan. Yakni, selama 3 tahun sejak tahun 2015 hingga tahun 2018 wilayah Malang Raya ternyata mengalami penurunan muka tanah sebanyak tiga meter.
Pembangunan yang dilakukan secara masif dicurigai menjadi penyebab turunnya permukaan tanah tersebut. Bisa dilihat kalau kalian pernah beredar di daerah sekitar Soekarno Hatta Malang (Jalan Borobudur), coba deh perhatikan perbedaan daerah sekitar Soekarno Hatta tersebut antara tahun 90an dengan sekarang tahun 2000.
Area persawahan di tahun 90an dulu masih terlihat di sana, sekarang sudah berubah total menjadi area pertokoan. Nah, pembangunan area pemukiman secara besar-besaran tersebut memberikan dampak terjadinya banjir akibat pendangkalan sungai, juga menurunnya debit air tanah secara drastis.
Bahkan sekarang Jalan Borobudur di Malang berubah menjadi wilayah langganan banjir π
3. Kerusakan lingkungan
Perubahan iklim bukan terjadi secara alamiah, namun akibat campur tangan manusia pula. Seperti halnya merubah bentang alamiah, tempat daerah aliran sungai (DAS), tempat serapan air dirusak.
Pola pembangunan yang tak disiplin demi mengejar pertumbuhan ekonomi semata, berakibat anak cucu kita kehilangan kesempatan atau hak mereka untuk bermain di sungai dengan air bersih dan aman.
Kemudian saya teringat waktu di usia sekolah dasar, dulu saya masih bisa kabur ke belakang rumah hanya untuk bermain di sungai, kalau zaman sekarang?? Hmmm … kabur ke tengah hutan terlebih dulu baru bisa menemukan sungai dengan aliran air yang bersih seperti ini.
Kerusakan lingkungan lainnya yang paling sering kita jumpai adalah alih fungsi lahan dengan cara merusak hutan. Merubah lahan yang seharusnya adalah wilayah serapan air, tetapi dirubah menjadi kawasan pemukiman, perkantoran atau bahkan villa.
Yang mana jika pembukaan lahan tersebut dilakukan secara besar-besaran serta tidak diselingi reboisasi hutan, maka lama kelamaan akan mempengaruhi kuantitas sumber air juga bencana banjir bandang mungkin saja terjadi sewaktu-waktu.
Yuk, bijak menggunakan air!
Krisis air ini nyata terjadi di hadapan kita, bahkan dalam sehari-hari kita seolah mulai terbiasa dengan pemberitaan seperti di atas bukan?
Daripada keadaan ini berlangsung secara terus menerus tanpa ada langkah nyata untuk melakukan perubahan. Yuk, bijak menggunakan air!
Ada beberapa langkah nyata yang dapat kita lakukan agar lebih bijak dalam menggunakan air, apalagi semua hal baik tersebut bisa kita lakukan di rumah. Antara lain:
1. Mandi menggunakan pancuran
Tahukah kamu, ketika kita mandi menggunakan gayung malah menghabiskan sekitar 15 liter air loh. Sedangkan kalau kita memilih mandi dengan memakai pancuran atau shower, pemakaian air bisa dihemat hingga 60%-nya.
2. Mencuci pakaian dengan bijak
Tahukah kamu, kalau mencuci baju menggunakan mesin cuci kita dapat menghemat air sekitar 11.400 hingga 34.000 liter air per tahunnya. Apalagi sekarang mesin cuci sudah ada pilihan mode mau mencuci seperti apa?
Misal, saat mau mencuci pakaian yang tidak terlalu kotor saya memakai mode light wash saja. Selain hemat air, juga hemat listrik karena tempo waktunya lebih singkat.
3. Gunakan detergen secukupnya
Karena semakin banyak detergen yang digunakan maka semakin banyak pula air yang diperlukan untuk membersihkan pakaian. Jadi, gunakan detergen secukupnya saja ya.
4. Menyiram tanaman pada pagi atau sore hari
Pagi atau sore merupakan waktu yang tepat untuk menyiram tanaman. Adapun alasan lainnya, kalau menyiram tanaman dilakukan pada siang hari, maka sinar matahari membuat air menguap lebih cepat sebelum terserap oleh tanaman.
5. Matikan keran air ketika tidak digunakan
Ketika sedang menyikat gigi, sebaiknya keran air dimatikan terlebih dulu agar air tidak terbuang percuma. Pun di saat kami bepergian ke luar kota lebih dari satu hari, meteran air saya matikan, dilakukan sebagai tindakan pencegahan kalau tiba-tiba ada selang atau pipa air yang bocor.
**
Kelima kebiasaan di atas sudah sering saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan baik yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak dari terjadinya krisis air. Semakin kita bijak dalam menggunakan air maka kelestarian air dapat terjaga.
Bukan kah kalian juga masih ingin melihat anak cucu kita bisa bermain di sungai bersih seperti ini?
Karena itu … Yuk, bijak menggunakan air!
“Water is life don’t waste it.”
Saya sudah berbagi pengalaman soal climate change. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Climate Change” yang diselenggaraakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis”. Syaratnya, bisa Anda lihat .
* sumber informasi:
1. https://www.kbrprime.id/listen.html?type=story-telling&cat=ruang-publik&title=antisipasi-ancaman-bencana-kekeringan-2020
2. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20181013105333-199-338174/permukaan-tanah-di-malang-raya-turun-tiga-meter
3. http://sda.pu.go.id/bwssulawesi2/artikel/5-cara-mudah-hemat-air/
4. https://bnpb.cloud/dibi/
7 Comments. Leave new
Woh.. ternyata jalan Soekarno Hatta dulu kaya gt ya, mbak?? Padahal aku pas kecil, ya ke Malang lho. Lha Mbah2ku di Malang. Tp larinya ke Malang kabupaten, jadi ga tau kalau Soekarno Hatta perubahannya sungguh wow cepatnya
laiya mbak, aku tertegun ngeliat foto-foto jadulku dulu. Pesat banget, Malang mepet sekarang dulu padahal sawah di mana-mana ya π
mangkanya papaku memilih memasang shower di kamar supaya menghemat air.
salam buat papanya, bijak sekali π
*salim Om*
Edukasi seperti ini penting banget, semoga kelak tidak ada lagi yang kesulitan dalam mengakses air bersih.
Terima kasih mbak.
Jadi apa ya jika pada suatu waktu air tidak ada lagi.
Smg makin banyak yg tercerahkan dgn dampak perubahan iklim pada kita semua
iya Bang, dampaknya saja sudah mulai terasa belakangan ini. Banjir, susah air dan lain sebagainya