Semarang kaline banjir.Jo semelang rak dipikir.Jangkrik upo sobo ning tonggo.Melumpat ning tengah jogan ~ lirik lagu Jangkrik Genggong
Hallo October! Taveling random late post bertajuk Perjalanan Singkat Ke Lawang Sewu kali ini menyambung cerita salah masuk hotel kemarin di Semarang hahaha. Ceritanya kapan, lanjutannya kapan. Oke harap maklum lah, saya sibuk banget [alasan termainstream].
Sugeng enjing Semarang! Finally saya benar-benar menginjakkan kaki di ibu kota Jawa Tengah ini, yaaa harap maklum kemarin tahun 2010 pernah ke sini tapi ya cuman ngelewatin doang. Sewaktu Surabaya-Jakarta-Surabaya kami jabanin dengan menggunakan mobil, phew! Cukup sekaliiii, bokong fanassss!
2x bertolak ke Semarang pertengahan Mei kemarin, cukup lah ya untuk muterin beberapa destinasi wisatanya. Etapi malah kelupaan buat napak tilas ke kampung halaman Oey Hui Lan di Jalan Gergaji ituuuh huhuhu…“Semarang please take me back!” [eh].
[Baca juga: Review – Kisah Tragis OEI HUI LAN]
Sebenarnya bingung mau menceritakan perjalanan yang mana dulu, karna awalannya udah random post … baiklah kita mulai dulu dengan destinasi tersohor yang ada di Semarang yak.
Lawang Sewu
Lawang Sewu [seribu pintu], “Beneran ada 1000 gitu?” walaupun aslinya ya jumlahnya nggak 1000 juga hihihi, oke lupakan acara hitung menghitung. Karna katanya nih belom ke Semarang kalo belom mengetuk 1000 pintu di sini. Bak dongeng 1001 malam yang tersohor ituh, cerita horor seputar bangunan tua jaman Belanda ini pun nggak mau kalah ngehits.
Inget pasti kan zamannya tayangan Uji Nyali di stasiun TV swasta itu booming dan menggemparkan, karna sempat muncul gosip tayangan tsb distop sementara karena seusai acara peserta Uji Nyali tsb masih diuber-uber hantu kuntilanak [beneran apa hoax sih beritanya? #seriusnanya].
Ntah hoax apa bukan, yang pasti tayangan episode Lawang Sewu yang mengambil lokasi di ruang bawah tanah tsb sampai memenangkan award The Winner of Best Reality Programme, Asian Television Awards di tahun 2004 lalu…ohemjiiii, masuk skala Asean, kemudian keinget MEA [eaaaa].
Ok abaikan topik berat seputar Masyarakat Ekonomi Asean, yuk dilanjut halan-halan tipisnya. Destinasi wisata yang terletak di tengah kota Semarang ini, dibuka mulai dari pukul 6 pagi hingga 9 malam. Pengunjung cukup dikenakan tiket masuk sebesar 10ribu rupiah, kita sudah bisa berkeliling sesuka hati di sini. Mau pakai guide [di sini sebutannya pawang, ntah pawang apaan] atau enggak terserah dan karena kemarin waktunya mepet. Saya dan teman-teman menikmati Lawang Sewu sekenanya aja.
“Horor nggak sih?”
ayoo di hitung ada berapa pintunya |
busui friendly ya 🙂 |
Pertanyaan ini lah yang sering banget muncul ke permukaan, mulanya sih saya pengen ke sini setelah magrib. Gegara pencahayaan di situs bersejarah yang awalnya merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS ini apik banget. Temaram cahaya lampu berwarna kuning keemasan menambah syahdu suasana bangunan art deco yang dibangun di tahun 1904 … sekarang udah 2016, seabad lebih berarti usia bangunan ini. Tua tua keladi, makin tua makin menjadi cakep. Karena di tahun 2011 bangunan bersejarah ini akhirnya di renovasi, mungkin sebagai salah satu upaya untuk menghilangkan kesan horor dan seram itu tadi kali yak.
Ruang demi ruangan saya jabanin, kerugian nggak menggunakan guide atau pawang ya gini ini. Beneran random ruang mana dulu yang kudu disamperin dan nggak tau itu ruangan apa aja. Bahkan saya tuh saking excitednya sampe-sampe lupa diri … Mba Anna bolak-balik nyariin saya, dan Pak Koko sampe nyerah dan lebih memilih duduk-duduk di bawah pohon rindang di tengah pelataran dua bangunan ini hihihi ampuuun ya, maafkeun saya ^^
Ruang Bawah Tanah
Ini nih salah satu spot Uji Nyali yang tersohor itu, melihat sekilas dengan suasana ruangan sekitarnya yang singup ketambahan aroma yang keluar dari ruangan tsb emang rada gimana gitu. Beberapa sumber bacaan menceritakan kalo lorong bawah tanah di Lawang Sewu ini terhubung dengan bangunan tua lainnya di kota Semarang. Ada yang bilang lorong tsb bisa tembus ke museum Mandala Bhakti yang terletak berseberangan dengan monumen Tugu Muda, duh kalo kayak gini jadi nyesel kenapa kemarin nggak pake pawang.
Lagipula nih kalo kita memakai jasa pawang, kita diperbolehkan menyusuri lorong bawah tanah tsb…emang berani? Kalo beneran saya juga ogah, cukup sekali deh kejadian diikutin hantu jaman camping di Cangar dulu hahaha ampun dah.
Kalo boleh saya tarik benang merahnya 11-12 seperti Cangar [nah loh kan], yang sekarang menjadi jujukan pemandian air panas dan banyak terdapat beberapa spot goa Jepang. Singkat cerita, sewaktu pendudukan Jepang di Semarang pun mereka menggunakan lorong bawah tanah ini sebagai tempat penawanan dan penyiksaan para tahanan baik pribumi maupun Belanda hingga tewas. Dan kalo uda tewas, mayatnya tinggal dibuang gitu aja ke sungai yang letaknya persis di belakang Lawang Sewu ini…errr kejam banget sih!
Kaca Mozaik
Untuk informasi, kemarin berkunjung ke sini bukan untuk uji nyali ataupun menyambangi teman gaib pun membuktikan kebenarannya [sumpah bukan haha]. Saya lebih ingin menikmati seni art deco bangunan khas Belanda yang kalo dilihat dari maket memiliki 4 gedung, yakni Gedung A, B, C dan D. Dikarenakan waktu yang singkat [namanya juga curi-curi waktu di sela kerjaan] saya lebih banyak mengeksplore Gedung A yang berbentuk menyerupai huruf L.
Dan di bagian siku Gedung A ini terdapat jendela dengan hiasan kaca mozaik berukuran tinggi lebar yang cantik banget, namun sayang penerangan di sekitar kaca ini hanya seadanya, padahal ini merupakan spot favorit pengunjung untuk berfoto.
area tsb di tutup karena masih digunakan untuk kegiatan perkantoran PT. KAI |
Kaca mozaik ini terbagi menjadi 4 bagian dan kalo dilihat dengan seksama, terutama di bagian tengah tampak 2 sosok wanita. Wanita berbaju merah menggambarkan sosok Dewi Fortuna yang melambangkan keberuntungan dan Dewi Sri yang berarti Dewi Kemakmuran suku Jawa [sumber cnnindonesia].
Hawa Panas
Literally bangunan ini dibuat dengan menyesuaikan kondisi iklim Indonesia yang tropis. Jadi bayangkan aja nih, memiliki plafon tinggi, pintu dan jendela jumlahnya hampir 1000. Bahkan jendela dengan kaca patri didesain memanjang ke atas dan terbuka lebar, belum lagi marmer asli yang biasanya berasa adem kalo diinjek langsung dengan kaki.
Tapiiii…ntah kenapa sewaktu saya mengitari kompleks bangunan ini, hawa panas menyeruak intense. Sampai-sampai kemarin saya keringetan gak jelas, kembali ke perkarangan pun semilir angin nggak terlalu menolong saya untuk mendapatkan udara segar #tanyakenapa
Percaya nggak percaya, namanya bangunan tua berusia lebih dari 100 tahun berikut cerita sejarah mengenai perang dan pembantaian di dalamnya. Jadi ya wajar lah kalo dihinggapi hal-hal gaib seperti genderuwo, kuntilanak dan teman-temannya [eh]. Saya pun baru menyadari bahwa antar ruangan di bangunan ini memiliki pintu yang menghubungkan ruang satu dengan ruang lainnya, nah pas kemarin mengambil gambar di sini ntah kenapa kok saya agak
merinding.
Beberapa cerita yang pernah saya baca, pengunjung mengalami kesulitan untuk mengabadikannya. Lebih sering blur dan herannya setelah berkunjung ke sini hape yang saya gunakan untuk mengambil gambar bolak-balik mati setelahnya dan ketika memori card saya pindah ke hape Android…malah nggak kebaca, eh kok di Blackberry papabear malah kebaca hahaha [lebai ahhh].
Satu lagi [kok nambah] sewaktu kami menaiki anak tangga curam menuju ruangan kosong, yang ternyata letaknya tepat di atas plafon bangunan yang sebenarnya difungsikan sebagai perantara antara plafon dan genteng. Agar panas dari sinar matahari tidak langsung mengenai plafon, wow kontruksi bangunannya detail banget ya. Nah, sewaktu menaiki dan menuruni anak tangga di sini, perasaan saya nggak enak banget.
Kalimat sakti wiritan pun saya lantunkan dalam hati dan benar aja beberapa cerita mengenai pembantaian memang terjadi di tempat ini [wallahualam].
Well, pokoknya kalo kita jalan-jalan ke sini baiknya jangan takabur dan menghilang dari kelompok deh. Kelakuan saya yang ngacir seenak udelnya kemarin jangan ditiru yak hehe.
Beberapa poin dari cerita perjalanan singkat saya di Lawang Sewu ini apakah membuat kalian penasaran? Kalo iya, apa sih yang ngebuat kalian penasaran, atau kalian punya cerita sendiri … sharing yuk 🙂
last but not least, selfie time 🙂 |
17 Comments. Leave new
Pernah ke sini tahun 2011 bareng keluarga dan… pawang. Saat itu aku belum adventure junkies. Cuma foto-foto di pintu dan jalan-jalan seadanya. Duh, nyesal banget sekarang gak ada pose andalan yang bisa… dijual. Hahaha…
Ke Semarang lagi aja Mba, sekalian nyobain pas malem kek gimana hehe.
Aku penasaran sama jumlah pastinya, 1000 atau kurang atau lebih sih Mbak? :))
Info dari wikipedia sih jumlah pintunya nggak sampe 1000 Mba Wind 🙂
hmmm … coba masuk ke dalam trowongan bawah tanah . biar jadi wisata Hororr
Temenin ya hehehehe
Waduw, kok panas ya Mba?padahal kalau bangunan tinggi plafonnya gitu kan biasanya adem.
Kok jadi horor beneran ini, kayak di cerita-cerita itu.
Makin penasaran nih, belum kesampaian ke Lawang sewu.
Iya saya juga nggak ngeh sih, karena asik ngambil foto. Baru nyadar pas kerasabkok keringetan banget.
Bagian paling atas bangunan itu yang loteng sama bagian bawah yang tempat air-air gitu rada spooky juga ya auranya. #hi…
Iya auranya nggak enak emang, menaiki lotengnya pun kemarin saya pelan2 😀
Hallo kak. Pangeran sih, belum pernah ke sini. Tapi, udah banyak banget blogger yang mereview tempat ini.
Semoga suatu saat nanti bisa ke tempat ini. Ya, meskipun ada beberapa hal yg bikin serem. Cuman, banyak juga view-view yg bisa dijadikan angle pose paling the best.
Ow, ya kak. Kemaren ada pertanyaan di blog Pangeran tentang gambar kenapa harus dikecilkan dan diupload di TinyPNG, sudah Pangeran jawab. Semoga jelas, ya kak.
Iya next ke Semarang kudu coba maen ke sini mas. Byw trims ya jawabannya 🙂
Wah aku bolak balik ke Semarang, belum pernah mampir ke Lawang Sewu, cuman lewat depannya dong hiksss
aku ke sana pas september, mba. padahal udah lama kuliah di sana baru ke sana pas udah lulus, hehe. horo itu pasti, kerasa merinding aja pas masuk ruangan yang kosongan.
Aku tertarik sama kesan horonya. Rasanya pengen ke sana dan menikmati sensasi mencekamnya. 😀
lawang sewu yang sekarang bener-bener indah dan sangat menarik. jadi bersih dan benar2 dijadikan ikon wisata
Wah ikon kota tetangga nih. Hehehe
Sekarang udah dirombak jadi lebih bagus dan untuk pariwisata, padahal dulu kesanya horror ya gan..
ngomongin horror pas banget fotonya diatas, pakai sentuhan horroristik 😀