Kota Kecil Tempat Saya Besar, Di Mana? – [singing] Maybe surrounded by, a million people I. Still feel all alone, I just want to go home. Oh I miss you, you know … Lirik jazzy dari Michael Bublรฉ ini memang mewakili perasaan sejuta umat kali ya, mo ke mana aja kita pergi belayar akhirnya ya balik juga ke asal [red: rumah]. Rumah akan selalu nganenin, dan mau di mana aja kita tinggal asalkan bersama keluarga pasti deh kerasan alias betah.
Pernah pindah domisili dari satu pulau ke pulau lain, juga dari satu kota ke kota lain. Terhitung sejak kecil sampai detik ini udah tiga dua kali berpindah domisili. Di mana aja saya pernah bertempat tinggal?
TARAKAN
Sejak bulan Oktober 2012 lalu, Tarakan menjadi ibukota dari Kalimantan Utara, yang merupakan pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur. Yup! Dulunya pulau kecil di utara pulau Kalimantan ini masuk dalam teritori propinsi Kalimantan Timur, jadi plat nomor kendaraan dulunya KT sekarang udah berubah menjadi KU.
12 tahun besar, dan tinggal di kota Tarakan ini tentunya banyak menorehkan kenangan masa kecil. Bahkan kemarin ketika pak suami main ke kota ini tanpa saya pun, ia seakan menapak tilas mengelilingi pulau sambil mereka-reka kenangan masa kecil saya. Beberapa foto ia kirimkan ke saya “Hei, aku ada di depan rumahmu dulu nih.” girang banget deh dia waktu diajak om saya untuk menilik rumah masa kecil saya dulu.
rumah yang saya tempati terakhir di Tarakan, sebelum pindah ke Jawa. source: google maps |
Teman-teman masa kecil pun nggak kan pernah terlupa, yang sampai sekarang kami masih sering lempar komentar meski hanya lewat sosial media. Ah … kalo bahas kota ini saya tuh bawaannya melow kan, hingga tak banyak yang tahu kalo saya pernah besar di kota kecil ini. Ditambah lagi saya juga udah lama belum pulang lagi sih, mami doang yang masih sering pulang, berkali-kali ada halangan ketika akan diajak pulang huhuhu jadi tjurhat hahaha.
SURABAYA
Pun menempati kota Surabaya, setelah di akhir tahun 1995 kami sekeluarga pindah ke tanah Jawa. Waktu itu, sempat ada dua opsi sebelum memutuskan pindah ke Surabaya. Mami pernah bertanya ke anaknya satu-satu “Kalian mau pindah Malang, apa Surabaya nih?” kami bertiga kompak lenjawab Surabaya!
Hahaha ntah lah, ada magnet apa dengan kotanya Bu Risma ini. Tapi nyatanya kami berhasil survive dengan panasnya kota Surabaya ini. Saya bertiga dengan kakak, dan adik bersekolah, kuliah, kerja lalu menikah di kota ini. Kecuali kakak saya yang pertama, ia menikah di Jakarta. Udah pas belum ya kalo dipanggil dengan sebutan arek Suroboyo? hahaha keknya belum deh, karena beberapa orang yang menjumpai saya kali pertama selalu berhasil menebak. Mungkin terdengar dari logat kali ya, sehingga mereka bisa menebak kalo saya ini bukan orang asli Surabaya hihihi.
monkey juga selalu ikut kalo kita mudik ke Surabaya |
MALANG
Namanya jodoh emang nggak bakal lari ke mana yak, mengingat pertanyaan mami dulu “Pilih Surabaya apa Malang?” hahaha. Pada akhirnya, 2,5 tahun lalu saya pun menginjakkan kaki di bumi Arema ini. Bahkan babybear pun lahir di kota Apel dengan cuaca yang lebih dingin dibandingkan dengan Surabaya.
Sampe-sampe waktu awal-awal saya bawa babybear mudik ke Surabaya, ia agaknya kurang cocok dengan udara Surabaya yang makin panas itu. Pulang-pulang ke Malang eh kulit mukanya jadi merintis loh haha duh si bocah iki. Tapi alhamdulillah perlahan mulai agak berkurang, karena belakangan saya agendakan mudik ke Surabaya setidaknya sebulan sekali. Agar ia nggak merasa asing, dan familiar dengan keluarganya di Surabaya.
sudut kota Malang yang dikelilingi gunung |
***
Ketiganya punya tempat tersendiri di hati saya, it’s oke mau di mana pun tinggal asalkan bersama keluarga. Tarakan, Surabaya, dan Malang … what’s next?