Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, sebuah gedung milik Departemen Kesehatan RI dimana di dalamnya terdapat sebuah Museum Kesehatan Surabaya. Baru tau? Samaaa, padahal ya ini museum resmi dibuka dua tahun sebelum saya bekerja di kawasan Surabaya Utara tepatnya 16 Desember 2003.
Meski banyak cerita misteri beredar mengenai keberadaan museum ini, sampai berdear gosip kalau museum kesehatan Surabaya itu angker huhuhu ah masak sih. Yaaa, tapi kalau dilihat sekilas dari luar gedung yang sering dibuat acara kondangan ini memang nampak lawas dan jadul. Sejadul koleksi yang dimiliki museum tersebut … penasaran? Samaaa wkwk sama muluk yak.
disclaimer: tulisan ini sebenarnya pernah tayang di salah satu media online travel group. Tapi karena web tersebut sudah down, maka artikel serupa saya tulis kembali. Jadi harap maklum ya kalau beberapa kalimat seperti kalimat flashback ๐
Nggak lengkap kita nggak narsis dulu sebelum mengitari areal museum, ohiya perlu diingat jam buka museum ini mulai dari pukul 8 pagi s/d pukul 3 sore, catet yak. Baiklah foto dulu dong di depan loket masuk #OOTD eaaaa pasang hestek.
Masuk ke dalam inguk-inguk yang saya dapatkan malah pintu utama yang terkunci, untungnya sewaktu saya main ke museum ini ada beberapa anak kecil yang juga hendak berwisata sejarah dan budaya.
“Ini bukannya dikunci ya, tapi karena yang datang belum terlalu ramai” ujar bapak petugas loket.
Oooh sontak kita semua ya melongo hihihi kan kan nggak salah kalo dulu pas ngantor sekitar sini saya malah nggak ngeh kalo di dalam sini isinya adalah museum bersejarah. Karena ya memang sesepi itu tempatnya, apalagi museum ini terbagi menjadi beberapa ruangan.
Dengan membayar 1500 perak saja (tahun 2015) saya sudah bisa menikmati apa saja isi museum kesehatan Surabaya ini …Yuk!
Kesehatan Sejarah dan Kesehatan IPTEK
1. Sasana Dr. Adyatma, MPH
Album foto di sebelah kiri ruangan yang nampak mulai usang menjadi penyambut kedatangan kami berdua, dimana di dalamnya terdapat foto beberapa kegiatan kesehatan sang penggagas museum Dr. Adyatma, MPH. Noleh sedikit ke kanan juga terlihat lukisan foto sang dokter disertai beberapa plakat penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.
2. Sasana Pendidikan dan Organisasi Kesehatan
Hayoooo dari Indonesia merdeka hingga detik ini, kita sudah memiliki berapa menteri kesehatan??? Bisa jawab nggak? Ini dia jawabannya [foto diambil tahun 2015, yang terpajang masih sampa dengan menteri kesehatan ke-17 Dr. dr. Siti Fadilah Supari Sp.JP(K).
Kalau ditilik mulai dari tahun 1945 Dr. Buntaran Martoatmodjo sampai dengan 2015 dimana Dr. Nafsiah Mboi, Spa, MPH menjabat sebagai menteri kesehatan RI. Yak total sudah ada 21 orang yang menduduki jabatan menteri kesehatan dan kesemuanya berprofesi sebagai dokter. Nah paham kan sudah? Ilmu baru yaaah hehe.
Berbagai plakat kenangan dari kunjungan beberapa institusi pendidikan di seluruh Indonesia terpajang rapi di dalam lemari kaca, berikut cerita singkat seputar sejarah kesehatan dari jaman dahulu kala. Lanjut beberapa ijasah jadul dalam dunia pendidikan, tipikal museum lah yaaa dimana koleksi benda-bendanya pastilah bernilai sejarah, sama seperti sejarah yang baru saya ketahui juga bahwa Padoeka Nona M. Thomas adalah dokter Hindia perempuan pertama.
3. Sasana Sejarah Instansi
Instansi kesehatan menurut awam ya seputaran rumah sakit, dokter, perawat, bidan dll. Adapun di museum ini Bapak Palang Merah Sedunia Henry Dunnant terpajang beserta logo PMI, wuahhh saya yang mantan PMR jaman SMA semacam flashback sejenak, aahhh bapak ini (mulai sksd wkwk).
Beberapa foto public figure pun terpajang, Ibu Keperawatan Florence Nightingale bahkan nih yaaaa saya baru tahu juga kalau Helen Adam Keller ini merupakan praktisi di dunia kesehatan juga loh. Wanita cantik asal Amerika ini pernah mengumpulkan dana untuk orang buta dan tuli seperti dirinya. Nah baru tahu juga kan?
“The best and most beautiful things in the world cannot be seen or even touched – they must be felt with the heart.” – Helen Keller
4. Sasana Alat Non Medis
Berbagai piranti keras semacam proyektor, mikroskop bekas kegiatan kesehatan menjadi koleksi museum ini. Ohya mikroskop ini dulu masuk wishlist barang yang saya pengenin loh hihihi keren aja sik karena penampakan visual kasat mata beda banget dengan penampakan yang di dapat dari lensa mikroskop.
Yaiyalah namanya juga alat yang dapat menzoom sebuah objek mulai dari 40x hingga 1juta kali dari ukuran objek sebenarnya, wow!
Ohiya proyektor di foto ini dulunya difungsikan sebagai alat untuk memutar film di RS Kelamin loh, kenapa RS. Kelamin??? Awww situ sensi denger kata kelamin? wkwkwk untuk diketahui lagi nih, ini museum dulunya bekas sebuah rumah sakit kelamin, oooohhh.
Di tengah ruangan terdapat sebuah alat bernama Elisa Reader, keren yak namanya (kek nama orang) tapi ternyata ELISA ini adalah kepanjangan dari Enzyme-linked immunosorbent assay eaaa apa itu sih? Sebuah alat yang dapat membaca apakah seorang pasien itu terinfeksi virus HIV atau tidak.
5. Sasana Flora dan Fauna
Ruangan tempat koleksi beberapa daun dari tanaman herbal seperti daun temu giring, kecubungm bungur, jangkang bahkan bunga nusa indah yang dikeringkan terpajang di dinding, dilanjut beberapa binatang yang diawetkan seperti trengginang dan binatang lainnya.
Kliping dari berbagai kegiatan pengobatan dari keilmuan metafisika juga hadir di sebuah ruangan kecil.
dan kata suami yang kebetulan seorang dokter “Dulu pas kuliah pengobatan secara gaib juga pernah jadi bahan sebagai materi penyeimbang”
Yaaa, bagaimanapun kita manusia hidup berdampingan dengan mahkluk lain ciptaanNya kan yak (mulai sok bijak deh ini hihihi).
Sssttt dan benar saja, sebelum menuju ke ruangan ini, ntah disitu apa kok terdapat sebuah ruangan yang dikunci dengan tulisan DILARANG MASUK. Usut punya usut ruangan tsb sering digunakan untuk ajang uji nyali sehingga dinamakan ruang dunia lain, hiiii seketika bulu kuduk saya merinding, gimana nggak merinding ini pak suami iseng aja gitu ngebuka pintu yang terkunci tadi. Angker beneran???
Eh tapi untungnya ruangan itu masih ada satu pintu lagi menuju dunia lain tadi, eaaa dasar ya orang Indonesia masih ajaaa dibilang untung wkwk. Udah ah skip aja ini ruangan, karena nampak berdebu semacam nggak pernah dilewati orang.
Dan menurut informasi dari penjaga parkir “Iya mbak itu ruangan nggak pernah dibuka-buka lagi, bekas kamar mandi” nah kan mendadak horor.
Eitssss yayaya gimana nggak horor yak, karena saya juga baru tahu selain Dr. Adhyatma, MPH tokoh penggagas museum ini, ada satu lagi dokter yang doyan bertapa jugak (nah loh kan) juga berperan penting dengan pendirian museum ini, seperti saya kutip bahwa beliau pernah berpendapat demikian di the Jakartapost (http://www.thejakartapost.com/news/2006/06/30/haryadi-suparto-using-western-and-local-medicine.html)
“But we should keep an open mind. There are many mysteries in life that can’t be explained easily and people do get well after following traditional practices.” ~ opini Dr. Haryadi suparto, perintis Museum Kesehatan.
Baiklah kita lanjut saja ke koleksi lainnya dimana terdapat alat penjernih air sederhana (mengalihkan topik sepertinya LOL).
Kesehatan Budaya
1. Sasana Penyembuhan Tradisional
Pengobatan di dunia kesehatan memang dapat dilakukan secara tradisional terlepas jaman yang semakin canggih dan modern ini. Terlebih masih ada saja masyarakat sekitar kita doyan dengan hal-hal bersifat mistis dan gaib. Belum lagi perintis museum ini termasuk pakar dibidangnya (supranatural).
Jelas saja sajen yang biasanya sering dijumpai di pulau Bali terpajang rapi meskipun benda tersebut sudah menguning dimakan usia. Di sudut ruangan terdapat beberapa kain berisi “rajah” (buat yang belum tau apa itu rajah monggo di googling aja yak) lengkap dengan hasil dari pengobatan berdasar ilmu metafisika tsb seperti benda rambut dan lainnya dari seorang pasien yang mulanya di diagnosa sebagai tumor otak. Percaya nggak percaya sih, tapi hal tsb memang hadir di tengah kita bukan?
Jadi jangan kaget ya kalau masuk ruangan ini terdapat boneka jelangkung menyapa kalian (errrrr….) dan daripada horor sendiri foto penampakan jelangkung lengkap dengan aksesoris batok kelapa tidak saya foto. Serem sendiri, hiii.
2. Sasana Kesehatan Reproduksi, Sasana Genetik dan Sasana Kencana
Koleksi benda-benda di ketiga sasana tsb nggak jauh berbeda dengan sasana pertama dalam ruangan Kesehatan Budaya ini, beberapa diagram pohon yang menerangkan silsilah keturunan raja Mataram, Majapahit sampai seluruh raja di Indonesia terpajang di dinding museum.
Menarik sekali, meskipun kurang tertapa dengan rapi setidaknyaย silsilah keturunan keluarga kerajaan tertulis dengan detil. Diharapkan nantinya anak cucu kita juga dapat mengetahuic sejarah bangsanya.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya”
Ada satu benda yang menarik perhatian saya di ruangan ini, apaan tuh? Dua ikan lele, kok bisa gitu ikutan eksis dimari? Ternyata lele adalah binatang yang sangat diagungkan di pulau Bali karena telah menyelamatkan seorang raja, jadi laper pengen peyetan lele (oooops).
***
Gimana? Ternyata setelah selesai mengunjungi seluruh isi museum ini baru sadar bahwa banyak hal baru bahkan cerita unik di dalam Museum Kesehatan yang terletak di jalan Indrapura ini.
Ditilik dari ketiga konsep koleksi di museum ini, Sejarah, Iptek dan Budaya. Nggak ada salahnya kan kalau saya mengambil satu kesimpulan bahwasanya budaya yang ikut hadir dalam dunia kesehatan, bukan hanya sebagai bagian sejarah saja melainkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia kesehatan selalu selaras dengan kemajuan jaman sekarang ini. Sejarah dan budaya kan selalu menjadi bagian perkembagan tersebut.
Nah, kalau pandemi ini berakhir boleh loh kalian berkungjung ke Museum Kesehatan Surabaya yang juga dikenal dengan museum santet ๐
Museum Kesehatan Dr. Adhyatma, MPH
Jl. Indrapura No.17 Surabaya Jawa Timur 60176
(031) 3528748