“Tu parle français?”
Tahukah kalian bahwa studi yang dilakukan oleh ahli saraf di University College London mengatakan bahwa orang yang mahir berbahasa asing lebih dari 1 bahasa bahkan lebih, bagian otaknya lebih banyak memiliki “kepadatan area putih” atau biasa disebut white matter.
Bagian otak ini lah yang memproses suara, pada polyglot white matter ini lebih banyak dimiliki dibanding orang pada umumnya.
Hal ini lah yang menyebabkan seseorang memiliki kemampuan untuk berbicara, menulis, membaca dalam 5 bahasa atau lebih… atau biasa disebut sebagai polyglot.
Tahukah kalian bahwa beberapa tokoh Indonesia pun banyak yang menguasai bahasa asing lebih dari empat, salah satunya seperti yang sudah dikenal oleh banyak orang, siapa lagi kalau bukan Bapak Proklamator kita Ir. Soekarno.
Sudah jadi rahasia umum kalau presiden RI pertama ini fasih berbahasa Belanda, dan juga empat bahasa lain seperti bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan Prancis.
Selain itu juga ada tokoh negara lain, yakni Raden Mas Panji Sosrokartono. Beliau adalah kakak kandung dari R.A. Kartini yang mampu menguasai 26 bahasa asing… ckck itu otaknya terbuat dari apa ya.
Bahkan karena kelebihan tersebut Putra Bupati Jepara ini sempat menjadi penerjemah berbagai media di Eropa dan Amerika Serikat. Yang tak kalah mencengangkan saya, Sosrokartono pernah meliput Perang Dunia I. Luar biasa, tingkat internasional mah ini levelnya, bangga nggak tuh kita sebagai bangsa Indonesia.
Sementara itu, siapa sih yang nggak ingin seperti mereka, punya kelebihan luar biasa seperti itu. Selain lumayan menguasai bahasa Inggris, saya yang belajar dua bahasa asing saja sudah lumayan menguras otak hahaha, pardon!
Bahasa Prancis
Bahasa asing kedua yang saya pelajari setelah bahasa Inggris. Kalau bahasa Inggris memang sudah ada dalam kurikulum pelajaran sekolah ya, sedang Bahasa Prancis tidak. Kecuali sekolah-sekolah internasional, yang biasanya memasukkan bahasa Prancis dalam kurikulum mereka.
Pada akhirnya selama dua tahun, 2013 sampai 2015 saya mengambil kursus bahasa Prancis di IFI Surabaya (Institut Français d’Indonésie).
Dua tahun belajar bahasa Prancis tidak lantas membuat saya auto mahir casciscus ngomong Prancis, hehe. Yaaa setidaknya kalau tersesat di Prancis saya masih bisa melakukan conversation (percakapan) sehari-hari… “Tu t’appelles comment?”
Selain itu, seperti halnya saat nonton film berbahasa Inggris saya bisa paham apa yang sedang mereka ucapkan. Ingin juga rasanya suatu saat ketika menonton film berbahasa Prancis, tanpa membaca teksnya saya bisa menguasai sehingga mengerti mereka tanpa sedang membicarakan apa sih… how I wish!
Bahasa Arab
Setiap hari membaca Alquran tapi masih harus membaca terjemahannya agar bisa mengerti artinya, padahal bahasa ini setiap hari dekat dengan kita umat muslim.
Karenanya saya sangat penasaran ingin belajar bahasa Arab, bahkan tahun 2016 saya sempat mau mendaftar ikut kursus bahasa Arab. Qadarullah saya hamil, dan diharuskan banyak beristirahat… urung deh kursusnya hehe.
Saya lihat di kanal YouTube sebenarnya banyak bertebaran orang yang mengajarkan bahasa Arab secara cuma-cuma, seperti halnya bahasa Prancis… lantas kenapa tidak memulainya dulu, otodidak, yuk semangat!
“To learn a language is to have one more window from which to look at the world.”
Setuju banget dengan quote di atas, karena selain kita belajar bahasa asing, secara nggak langsung kita pun belajar mengenai kebudayaannya, and it’s interesting!
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam BPN 30 Days Ramadan Blog Challenge 2021, dengan tema hari #15 “Bahasa Yang Ingin Dikuasai.”