“Kamu di mana? Kok paspor di lemari nggak ada?” tanya Mami di ujung telepon.

destinasi antimainstream di Singapura, jalan-jalan ke Keppel Island
Cerita ini terjadi saat saya belum menikah. Waktu itu Mami sedang sakit, hingga harus dioperasi. Sementara dua saudara saya kan sudah menikah dan tinggal bersama keluarga kecil mereka.
Jadi di rumah tinggal lah saya bersama orang tua, merawat Mami pasca operasi cukup membuat saya lelah juga. Apalagi belakangan Mami cukup posesif dengan anak cewek semata wayangnya ini, hehe ^^v
Singkat cerita terbersitlah ide untuk weekend gateaway ke negeri seberang sana, seru kayaknya nih! Tanpa babibu bareng teman kantor ide tersebut pun terlaksana, di akhir pekan selepas jam kantor kami berdua bergegas berangkat ke bandara menuju Singapore.
Berangkat Liburan Nggak Pamit Ortu
[jangan ditiru ya!] Berangkat liburan ke Singapore saya hanya pamitan ke pada adik dan kakak saja, pikir saya Mami pasti tak memberi izin untuk berlibur yanh jauh-jauh. Apalagi ke luar negeri, jadi saya pamitnya ke ortu liburan ke Jakarta, bukan ke luar negeri … wkwkwk duh asli malu sebenarnya cerita beginian x_xOk lanjut … sampai di Singapore, kami mencari makan malam. Karena penerbangan sore pas banget sampai sana sudah pukul 8 malam. East Coast Lagoon Food Village jadi pilihan karena letaknya tak jauh dari Changi Airport.
Menu seafood jadi andalan di sini, sama seperti hawker center di Singapura lainnya, meski lapaknya hanya berupa stand-stand makanan tapi rasa jangan ditanya, uenak soro!
Kehabisan Pulsa
Namanya nggak pamit ortu ada saja kejadian yang bikin tercyduk. Ujung-ujungnya saya tidak bisa dihubungi dari Surabaya karena kehabisan pulsa, ketahuan deh kalo saya liburan ke Singapore bukan ke Jakarta.
Yup! Saya lupa mengisi pulsa nomor Indonesia, alhasil ketika ortu hendak menelepon saya, nomor tersebut tidak berhasil dihubungi karena pulsa roaming internasional kan menguras pulsa banget! Maklum, WhatsApp belum zaman waktu itu … masih eranya Blackberry hihihi.
“Kamu ke Singapore kok nggak pamitan Mami, kukira kamu pamitan!” SMS dari kakak sontak membuatku kaget.
“Wah ketahuan deh!” saya terdiam menatap layar telepon.
Teman saya pun kaget karena tumben saya nggak pamit ortu, yaaa namanya di rumah lagi ruwet trus mau jalan-jalan ke luar negeri, pikir saya pasti nggak dapat izin lah.
Di Surabaya Ortu Mulai Khawatir
Adik dan kakak saya memang benar-benar tidak memberitahu ortu tentang keberadaan saya di mana, biar saya sendiri yang menanggung akibat dari perbuatan tersebut.
Ortu saya pun benar-benar khawatir, hingga menelepon orang kantor yaitu atasan saya … duh ini tuh malunya setengah mati. Kebayang kan di kantor kek gimana wajah atasan saya, antara diledekin atau aaah sudahlah x_x
Singkat cerita malam harinya saya menelepon Bapak lebih dulu, siapa yang berani menelepon Mami saat itu juga, karena saya paham tabiat ortu, pasti diomelin habis-habisan!
Kalau Bapak mungkin lebih santai, benar adanya Bapak memahami keadaan saya yang memang butuh liburan “Ya sudah, hati-hati di sana … gitu saja kok nggak pamitan.” pesan Bapak malam itu, meski di ujung telepon terdengar suara Mami sedang mengomel.

liburan masih berlanjut, sayang tiketnya haha ^^v
Meski acara “kabur” nya sudah tercyduk, weekend gateaway tetap berlanjut. Yaaa, setidaknya saya nggak was-was lagi karena ortu sudah tahu keberadaan saya.
Ini lah namanya nasi sudah menjadi bubur, dilanjut saja sisa liburannya sampai kelar toh sudah ketahuan ini wkwkwk.
Siap-siap Kena Omelan Mami
Liburan singkat pun usai sudah, sesampainya di Surabaya saya dijemput Julia teman saya, hahaha teman saya baik-baik yah. Paham kalau dari Singapore biasanya kantong mulai rada ngirit wkwkwk, daripada naik taksi bandara yang mahalnya minta ampun, dijemput teman aja deh … maacih Juls!
Dalam perjalanan Julia yang menjemput saya cukup terheran “Eh kamu nih tau bakalan diomelin ortu masih bisa senyam-senyum yak?!” tanyanya bingung.
“Karena nasi sudah menjadi bubur, dan aku tau bakalan diomelin jadi sekarang senyumin dulu Juls!” jawab saya enteng, padahal hati saya berkecamuk wkwkwk.
Sesampainya di rumah saya bergegas ke kamar Mami, dan meminta maaf karena anak ceweknya “kabur” dari rumah nggak pamit hehe. Alhamdulillah Mami mengerti perasaan anaknya saat itu, trus … jadi diomelin nggak? Yaiyalah, sedikiiit hehe.
Cerita kabur kemarin akhirnya membuat orang tua sadar bahwa ada saatnya anaknya ini butuh waktu untuk menyendiri dari rutinitas harian di kantor juga di rumah.
Memang kalau sudah ruwet, biasaya saya pergi traveling … nggak perlu lama sehari dua hari sudah cukup me-recharge energi. Tapi harus pamit ortu loh ya! :p
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam rangkaian Nulis Bareng Ning Blogger Surabaya, dengan tema “Nasi sudah menjadi bubur.”