“LKS-nya disiapkan, hari ini maju satu-satu ya mulai dari bangku paling depan!” deg! Dengkul langsung lemas, keringat dingin mulai mengucur begitu mendengar arahan dari Bu Guru barusan.
Apesnya, pas lagi kepepet saya pun berbuat curang, beberapa jam sebelumnya jawaban dari soal-soal yang sulit saya tulis remang-remang menggunakan pensil.
Dengan tujuan saya tidak mati kutu ketika pelajaran dimulai, tapi apa lacur … paham kan kalau guru matematika ini paling doyan keliling kelas.
“Ini apa? Sudah ada jawabannya begini semua, kan belum sampai sini?” Yak! Anda tercyduk, Kawan!
Alamat deh, kalau sudah ketahuan curang begitu, seterusnya saya bakal jadi inceran guru matematika. Salahnya sendiri sih … Huh!
Mata Pelajaran Apa Yang Paling Tidak Disukai?
Matematika! Apalagi siang itu setelah jam istirahat lanjut ke bab Trigonometri, “Selamat datang cos, sin, tangen dan kawan-kawan!” (crossing fingers) doakan saya selamat, Kawan!
Hanya bisa berharap keajaiban akan datang, ya kali ujug-ujug saya mahir rumus-rumus ilmu pasti tersebut. Tahu isi dicocol sambal petis yang baru saja masuk ke perut di jam istirahat tadi seolah tercekat di dalam tenggorokan, padahal tadi sudah minum es teh jumbo plus es banyak.
Entah kenapa saban tahu bahwa hari itu ada pelajaran matematika, mood saya langsung turun. Rasanya malas kaki ini melangkah ke gerbang sekolah, aras-arasen.
Engap aja bawaannya begitu terbayang di kelas nanti saya harus menjawab soalan rumit bin complicated ngalahin urusan dengan mantan [eh].
Dudududu “Ngapain sih kita harus menghitung volume kotak makan ada berapa, kan tinggal makan ini.” Yang dihitung itu jumlah kalori, bukan volume ruangnya. Udah, nggak usah ngegas.
Huuuft … tenang, badai pasti berlalu, begitu mantra sakti yang selalu saya ucapkan.
Siapa Penemu Matematika
Enggak jelas sih siapa yang pertama kali menemukan, tapi kalau menurut hasil penelusuran mbah Google, Matematika ini telah dikenal sejak 850 SM oleh Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi (Al-Horezmฤซ) *cmiiw*
Ia adalah seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia.
Sudah selama itu hadir di muka bumi, kenapa masih saja ada orang yang tidak suka matematika … termasuk saya.
Kenapa Tidak Suka Matematika?
“Takut salah.”
Jawaban ini paling sering dijumpai di beberapa teman sekolah yang seirama dengan saya, alias mereka yang tidak terlalu mahir berhitung sering menjawab demikian.
Padahal apa ada dengan SALAH? “Salah teman-teman gue? Salah gue?” ini pilem woiii!
Hihihi, nah kan … bukannya manusiawi jika kita belum mengerti lalu melakukan kesalahan. Terutama perihal menjawab soalan ilmu pasti ini, matematika.
“Malu banget kalau sampai disetrap di depan kelas.”
Apalagi kalau di kelas itu ada gebetan kita. Beugh!!! Saya banget ini! Salahnya sendiri ngincer ketua kelas yang notabene doi paling pinter sekelas bahkan satu sekolah kali. “Hahaha Nining mah kalau ngayal tinggi banget.” ledek teman se-genk.
Ya kali dia bakalan ngelirik, kalau sayanya saja saban jam pelajaran matematika selalu diam membisu, kepala tertunduk akibat otak saya tidak bisa sampai ke sana. “Udah deh nggak usah ngayal, enggak bakalan dilirik kalo kamunya aja bego begitu.” ledek teman sebangku, hih!
“Gurunya galak!”
Nah ini dia yang jadi momok di setiap mata pelajaran Matemarika. Guru killer semacam identik dengan mata pelajaran ilmu hitung ini.
Kalau dirunut dari zaman saya SD, guru Matematika cowok, ganteng sih, tapi galak … errr. Kemudian SMP, hmmm … mendadak saya lupa ingatan dengan sosok guru Matematika di bangku putih biru ini. Saking apanya cobak saya sampai lupa beneran loh.
Lanjut SMA, yang kalau enggak salah ada 3 guru dan saya kebagian guru cewek. Hmmm sudah bisa dibayangkan, biasanya kalau cewek ini makin killer … ooops!
“Mathematics is not about numbers, equations, computations or algorithms. It’s about understanding.” William Paul Thurston.
Begitu kata ahli matematika dari negeri Paman Sam, Amerika. Yaaa, saya juga maunya mengerti dengan semua rumusan tersebut. Tapi apa daya kalau belum-belum gurunya sudah membabi buta dengan tatapan tajam ke seluruh penjuru kelas.
Mencari mana siswa yang sekiranya takut sekaligus gemetaran … “Iya kamu yang nunduk terus itu, maju ke depan.” deg!
“Cukup rumusan matematika aja deh yang ruwet, hidupmu jangan.” Pun sampai detik ini kita tidak pernah lepas dengan yang namanya berhitung.
Beli sayur 5 ikat, ditambah ikan asin krupuk sebungkus, berapa? Ngitungnya jangan kelamaan, kasihan pembeli lain yang antri.
Begitu pula dengan pemasukan dan pengeluaran rumah tangga bulanan, kalau tidak pandai berhitung cash flow bisa runyam di akhir bulan.
Well, itu lah cerita singkat Aku Dan Matematika. Yuk dihitung bulan ini sudah berapa rupiah yang keluar … hehehe. Bisa ditebak ya kalau saya hanya mahir ilmu berhitung paling dasar, yakni perkalian, penjumlahan, pengurangan serta pembagian :p
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam rangkaian Nulis Bareng Ning Blogger Surabaya, dengan tema “Aku Dan Matematika”