“Asyiiik…lebaran haji, makan-makan deh di rumah bude Haji.” teriak kami kala itu. Girang banget deh, kalo udah musim haji. Maklum lah, namanya anak-anak yang diingat ya makan-makannya. Kira-kira begitu lah kegirangan yang dulu sering kami lontarkan, ketika Hari Raya Idul Adha akan tiba. Iya Idul Adha, di Kalimantan kami menyebutnya Lebaran Haji. Karena hari raya umat Islam ini, bertepatan dengan waktu di mana umat Islam lainnya sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci Mekkah. Tak pelak sebutan lebaran haji pun lebih akrab di telinga kami ketimbang hari raya Idhul Adha.
Pakde dan Bude, kakak dari ibu saya pun kami panggil dengan sebutan Pakde dan Bude Haji. Bukannya apa-apa, namun hal tsb sudah menjadi kebiasaan keluarga kami, lebih akrab jika memanggilnya demikian. Apalagi beliau memang telah menunaikan rukun Islam kelima tsb.
“Yeay, makan-makan!” sahut adik saya ketika melihat beberapa menu tersajikan di atas meja makan, di rumah bude. Mulai dari lontong sayur, sate kambing, gulai, bahkan opor ayam juga tersedia. Tinggal pilih yang mana, pokoknya menu yang disajikan mirip seperti kita merayakan hari raya Idul Fitri. Ramaiii makanan, jemput makan semua!
Udah pada tahu kan, yang namanya Lebaran Haji pasti identik dengan pesta kambing seribu malam hahaha lebai deh. Tapi memang demikian, Lebaran Haji di Tarakan itu sama meriahnya dengan Hari Raya Idul Fitri. Dibandingkan dengan di Jawa, memang “kemeriahannya” sedikit berbeda. Tapi ya tetap, pesta kambing itu tadi hahaha.
Sssttt…tapi ingat bahaya kolesterol di depan mata loh, seketika bathin saya berujar demikian, ketika membayangkan menu-menu lezat tsb. Apalagi kalau teringat bude haji, yang saat ini tergolek lemah karena sakitnya, sudah tiga tahun lebih beliau terbaring karena sakit stroke yang dideritanya. Jadi, udah tiga tahun pula keluarga bude lama tidak merasakan lezatnya masakan bude. Meskipun saya udah pindah ke Jawa, kelezatan masakannya kadang masih dapat saya icipi. Kalau bude sowan ke Surabaya menyambangi anak cucunya di tanah Jawa.
Sakitnya bude diindikasi karena pola makannya sewaktu muda dulu, duh kemudian saya teringat hasil cek di apotik kemarin. Kolesterol dan asam urat saya menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Kalo nggak sakit, nggak ingat kesehatan…phew manusia oh manusia. Begitu pula saat lebaran haji tiba, bayangin tuh gule kambing, sate kambing di depan mata. Saya sebenarnya nggak terlalu doyan kambing sih, tapi semacam mendapat teguran “Kesehatan itu kudu dijaga, udah dikasih cuma-cuma. Kok nggak dirawat.” protes bathin saya.
Masak kudu nunggu hasil cek nggak memuaskan dulu, baru pola makan dan gaya hidup dijaga. Kemarin-kemarin ke mana? Karenanya momen lebaran haji kali ini, saya teringat bude haji di Kalimantan sana. Kangen banget, pengen bisa liburan bareng bude lagi, karena sekarang kerinduan akan kehadirannya hanya bisa saya obati dengan mendengarkan suara bude melalui telepon. Rindu bude haji yang dulu gesit, ceria dan selalu lahap makan apa saja.
Eits…ingat ya, makan boleh lahap, pola makan kudu tetap dijaga. Agar kita senantiasa sehat wal-afiat. Selamat berlebaran haji semuanya ๐
“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil-Hamd.”
8 Comments. Leave new
Makannya harus tetap jaga kesehatan ya mba. Tapi emang enak sih makan sate pas lebaran idul adha ๐
Iya nih, kesehatan itu mahal pisaaan hahaha curcol dah.
Yeaayyy selamat lebaran haji juga Mba :*
Sedia sayur dan buah yang banyaaak buat menangkal daging2 yang akan dilahap, wkwkwk.
Selamat berlebaran haji juga mbaaa :*
AKu suka lebaran haji, puas2in makan gulai, krengsengan, dan sate hehe
Kan kan beneran, pesta kambing deeeeh :))))
Merayakan Idul Adha bukan berarti kita khilaf makan. Aku pernah pas Idul Adha tahun kapan makan sate kambing banyak sampai pusing. Rasanya ngga enak banget pusinnya. Sejak itu jadi kalau nyate ingat makannya nggak boleh terlalu banyak.
Samaan kita mba, aku makan satu tusuk langsung anget badannya nggak kuat wkwk