Cerita Babybear: Pengalaman Tes Swab Anak Usia 3 Tahun – “Anak 3 tahun apa sudah bisa tes Swab?” Berapa pun usia kita, kalau kita memiliki riwayat kontak erat dengan pasien positif COVID-19 maka sebaiknya lakukan tes swab.
Terlebih jika kita bergejala seperti tenggorokan sakit, hidung pilek, kepala pusing dan batuk. Seperti yang saya alami kemarin, 3 hari lebih flu berat melanda, hari ketiga si kecil ketularan.
“Ah paling cuman kecapekan aja nih.” gumam saya optimis, karena 2 minggu sebelumnya kami berada di Surabaya … yang artinya mengurus si kecil tanpa ART.
Tetapi tiba-tiba saja pagi hari itu Papabear mengabarkan bahwa salah seorang teman yang pernah kontak dengan kami dinyatakan positif COVID-19.
Tak perlu menunggu lama, tracing 14 hari ke belakang terhadap siapa saja yang pernah meakukan kontak dengan pasien positif dilakukan.
Termasuk Papabear salah satunya, menimbang saya dan si kecil yang bergejala flu lebih dari 3 hari, akhirnya keputusan untuk menjalani tes swab kami lakukan.
“Kenapa tidak tes rapid saja dulu, kasihan si kecil.” beberapa kerabat berujar demikian, tapi demi kebaikan bersama bismillah … kami jalani rangkaian tes ini.
Apa beda rapid test dan swab test?

image source: freepik
Rapid test adalah metode screening awal untuk mendeteksi antibodi (yaitu IgM dan IgG), yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Caranya sampel darah diambil dari ujung jari, kemudian diteteskan ke alat rapid test.

image source: freepik
Sedangkan tes swab adalah pemeriksaan untuk mendeteksi virus corona. Tes ini juga disebut dengan tes PCR (polymerase chain reaction). Yang dilakukan pada nasofaring dan atau orofarings.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengusap rongga nasofarings dan atau orofarings menggunakan alat seperti cotton bud dengan tangkai lebih panjang.
Seiring berjalannya waktu, dan virus Covid-19 ini telah bermutasi semakin ganas. Maka, rapid test bukan screening, jadi sebaiknya rapid dilakukan setelah Swab-PCR untuk menentukan perjalanan penyakit baru, aktif atau lama.
Karena pertimbangan hal tersebut lah maka kemarin kami putuskan untuk langsung melakukan tes swab saja.
Persiapan apa yang harus dilakukan sebelum tes swab
1. Jangan panik
Siapa sih yang tidak panik begitu tahu kalau kami masuk dalam daftar tracing, tapi bagaimanapun sebisa mungkin JANGAN PANIK.
Karena kalau panik, otomatis otak kita susah untuk berpikir jernih, sehingga bingung mau melakukan apa. “Jangan emosi, telepon dulu cari info swab test tercepat!” hardik saya ke suami.
Huft! Daripada linglung panik dan jadi runyam karena berantem, untuk mengurangi panik saya selalu mengucap istighfar … Astaghfirullah.
2. Segera cari tahu klinik laboratorium, atau rumah sakit terdekat yang melayani tes swab
Sebelum tahu hendak melakukan tes swab di mana, pagi itu pukul 06.00 WIB saya segera menelepon beberapa rumah sakit namun sayang tidak berhasil terhubung.
Kami maklum, karena pagi itu adalah akhir pekan. Hari Sabtu dan Minggu biasanya pelayanan umum di rumah sakit tutup.
RS Brawijaya saja yang sempat terhubung, saya pun mendapat info seputar bagaimana melakukan tes swab di rumah sakit tersebut.
Di RSUB diinfokan bahwa hasil swab baru keluar 7 hari kemudian setelah tes. Itu pun pasien harus daftar lebih dulu, adapun biayanya sekitar 1.3 juta rupiah.
Akhirnya pilihan jatuh ke Laboratorium Klinik Prodia, setelah berhasil menghubungi nomor 0341-566444. Ya, klinik yang berlokasi di Jalan Jakarta Malang ini hari Sabtu tetap melakukan pelayanan tes swab, dengan biaya 2.1 juta rupiah (harga promo).
disclaimer: tulisan ini bukan endorsement, tetapi murni pengalaman penulis yang ingin berbagi.
3. Siapkan mental si kecil
Pukul 07.45 WIB kami berangkat, sejak dari rumah, dalam perjalanan hingga sampai ke laboratorium … sounding dan afirmasi saya lakukan berulang untuk si kecil.
“Kita berangkat ke lab ya, nanti di sana Yusuf akan dicek sehat apa tidak. Supaya tidak batuk-batuk lagi ya. Bismillah … Ayo! Semangat, semangat!”
Saya sudah seperti supporter badminton saja hahaha, bagaimanapun usianya masih 3 tahun. Sebisa mungkin ia tenang, nyaman dan mencegah terjadinya trauma.
Siapa pun akan khawatir “Disuntik vaksin saja Mamabear enggak tega.” apalagi menjalani serangkaian tes begini di kala pandemi.
Yang ada dalam pikiran saya waktu itu hanyalah …
“Kita sudah pernah melalui ujianNya hingga hampir bertemu dengan kematian, kali ini kita bertiga pasti bisa melewati ini semua atas izinNya lagi … bismillah.”
4. Siapkan protokol kesehatan
Seperti biasa, protokol kesehatan di zaman new normal ini wajib dipenuhi. Dalam tas kami selalu bawa tissue kering, tissue basah, masker bersih dan hand sanitizer.
Serta jangan lupa … 3M memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Pengalaman tes swab di laboratorium klinik Prodia Malang
Laboratorium klinik Prodia sangat kooperatif, mulai dari sejak informasi yang akurat by phone tadi … kemudian di lokasi juga diterapkan protokol kesehatan seperti cuci tangan sebelum masuk klinik, cek suhu badan dan duduk berjarak minimal 1 kursi.
Tidak sampai menunggu lama, 10 menit kemudian tiba giliran kami untuk menyelesaikan beberapa urusan administrasi dan pembayaran.

manfaatkan harga promo PCR Covid-19 di Lab klinik Prodia Malang, Sept-Okt 2020.
Seperti pengisian formulir Q&A yang berisi tentang riwayat perjalanan pasien, gejala pasien dan lain sebagainya.
Selanjutnya pembayaran biaya tes swab, setelah selesai kita diarahkan untuk antri di luar. Ya, bilik tes swab terletak di luar gedung, mengingat rangkaian tes ini bersifat infectious.

letak bilik di samping bagian luar gedung
Jujur … hati saya saat itu tak karuan, dagdigdug nggak jelas. Tapi namanya anak kecil Babybear seolah menghibur mengobati kegundahan hati kami, seperti yang nampak di video berikut …
Ketika giliran kami tiba, ternyata masih harus mengisi lembar formulir Q&A lagi.
Ohiya pertanyaan-pertanyaannya kurang lebih seperti ini …
- apakah pernah berkunjung ke negara endemi?
- penciuman masih berfungsi normal apa tidak?
- indra perasa masih berfungsi normal apa tidak?
- apakah demam > 39ยฐ celcius, batuk, pilek, pusing
- sesak napas atau tidak?
Dan ketika tiba saatnya masuk ke bilik swab, di sini kami sebagai orang tua lebih ditekankan lagi …
“Bapak Ibu yakin, anaknya mau di-SWAB?”
Ya, petugas kesehatan di klinik Prodia ini memang belum memiliki pengalaman melakukan swab anak seusia Yusuf (3 tahun).
Pasien yang pernah mereka swab setidaknya berusia 10 tahun, kurang dari itu sebaiknya tes swab dilakukan di dokter THT khusus anak.
“Bismillah kami yakin.” ujar saya, diikuti petugas kesehatan yang bersiap melakukan tes swab.
Swab pertama Papabear masuk lebih dulu, si kecil yang menunggu di luar bersama saya nampak excited “Ayo Ibuk, Yusuf mau masuk ke dalam sama bapak … ikut tes juga”
Saya terkejut, sekalian saja momen ini saya manfaatkan. Tak menunggu lama, setelah Papabear kelar, langsung Yusuf saya masukkan ke dalam bilik.

sebelum masuk, Mamabear sempat mengabadikan momen langka ini ๐
Awalnya Yusuf di dalam bilik bersama Papabear, untuk menghindari hal yang tak diinginkan akhirnya saya juga ikut masuk menemani si kecil tes swab … bismillah lancar semua.
Kenapa semua seolah khawatir? Wajar, karena biasanya anak kecil kan berontak, nah ini lah yang dikhawatirkan tim tenaga kesehatan. Karena jika si anak berontak, alat swab bisa saja patah di dalam, dan hal ini bisa berakibat fatal (misal tertinggal di dalam) naudzubillahmindzalik.
Karenanya, persiapan tes swab untuk anak memang harus benar-benar dipersiapkan dengan matang.
Apa benar tes swab itu rasanya sakit?
Namanya tes lab apapun selalu bikin grogi yak, apalagi tes di masa pandemi begini di mana prosesnya saja membuat ngilu.
Namun Alhamdulillah tenaga kesehatan yang men-SWAB kami benar-benar mahir, batang alat tes swab bahkan tidak menyentuh dinding hidung kanan-kiri sama sekali. Langsung ke pusatnya!
Jadi saya tidak merasakan sakit sama sekali, teman saya sampai bingung “Kok bisa sih, padahal semua temanku yang pernah swab bilang sakit loh!”
Hihihi … ^^v padahal sebelumnya saya sudah membayangkan kalau ketika batang sepanjang itu disogrok ke dalam hidung dan tenggorokan pasti nyeri sakit rasanya … Allahu Akbar kami tidak merasakan sakit sama sekali.
Isolasi mandiri
“Staying home saves lives.”
Yup, 3 hari terhitung sejak dilakukan tes swab, kami bertiga melakukan isolasi mandiri di rumah. Yang artinya kami tidak bepergian, juga tidak ke luar rumah.
Entah kenapa ketika isoman tersebut saya merasa bertanggung jawab atas kehidupan orang lain, seolah virus ini menempel di badan huhuhu … asisten rumah tangga pun saya off sementara.
Sambil menunggu hasil tes, selain melanjutkan obat antibiotik yang sudah saya minum sejak pertama flu berat hingga tuntas.
Untuk menjaga daya tahan tubuh, kami juga …
- mengkonsumsi makanan bergizi seperti biasa, ditambah buah-buahan.
- habbatussauda, suplemen vitamin C (si kecil saya beri Stimuno), serta madu.
- 3x sehari berkumur (gargle) menggunakan Betadine Mouthwash yang mengandung providone-iodine.
3 hari kemudian, tepatnya Senin malam hasil sudah diinfokan. Alhamdulillah saya, suami dan si kecil semuanya negatif … Allahu Akbar ๐

hasil swab test
“The greatest wealth is health.”
Setelah melakukan tes swab bersama kemarin, kami makin aware bahwa virus Covid-19 ini benar-benar mengancam bukan main-main.
Menurut Satgas Covid-19, sebanyak 80 persen pasien yang positif virus corona adalah mereka yang tidak memiliki gejala alias OTG (orang tanpa gejala).
Mari yuk kita semangat kembali dengan menerapkan protokol kesehatan seperti selalu pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan.
Waspada selalu, karena Covid-19 masih mengintai kita hingga vaksin Covid-19 diluncurkan. Semoga kita selalu diberi kesehatan, aamiin
#staysafe #stayhealthy
10 Comments. Leave new
wah hebat ya nggak sakit. Pas aku sakit hiks sampai rasanya kapok
iya ini kemarin enggak sakit, tapi jangan lagi deh … naudzubillahmindzalik
Alhamdulillah Mbak, semoga sehat selalu sekeluarga.
Menurutku emang mending swab aja daripada bayar double dan hasilnya juga gak terlalu akurat. Di kantor suami pertama di-rapid yang reaktif lanjut di-swab. Hasil swabnya ada yang negatif dan ada yang positif. Yang seruangan dengan yang positif tadi akhirnya di-swab juga hasilnya ternyata buanyak yang positif padahal hasil rapid mereka non reaktif.
iya mbak, baiknya PCR-swab dulu baru rapid … makin ganas mutasinya ni si covid, subhanallah
Syukurlah negatif ya mba. Krn mamaku meninggal pas pertengahan Agustus kmrn, kami semuanya pun dites swab, dan sayangnya aku dan suami positif. HR ini kami tes swab lagi, tp hasilnya H+1, yang mana bakal Jumat kluar. Semoga aja sudah negatif. Syukurnya sih walo positif, tapi kami g ada gejala samasekali. 2 Minggu LBH ini tetep sehat. Mungkin Krn rutin vitamin, habatussaudah, madu, buah, sayur , jd imun masih terjaga.
Waktu swab kami LBH milih yg Drive thru mba, biar ga harus ketemu dengan pasien lain. Tapi ya itu,
Aku beberapa kali swab, dan semuanya sakit :(. Suamiku 3x swab, sakit juga. Yg kasian anak bungsu ku 4 THN, juga diswab, sampe nangis. Tp syukurnya hasil dia negatif.
.awal2 dpt result positif akupun ngerasa kayak dunia hancur. Seolah keinfeksi virus HIV , padahal covid yg mana msh bisa disembuhkan drpd Aids. Tp stlh ngerasain sendiri, skr sih dibawa positif aja, biar daya tahan ga turun. Pokoknya vitamin dan suplemen ga bisa lupa.
iya mbak alhamdulillah negatif, sehat selalu ya mbak … makin banyak OTG memang ya.
Di Malang belum ada swab drive thru huhuhu, kalau di Surabaya sudah ada.
Dan iya kan, kemarin isoman menanti hasil tu rasanya kayak bawa virus gitu di badan. Jadi benar-benar tanggungjawab sebisa mungkin enggak kontak orang lain dulu.
Adik Yusuf, mama bear dan suami semoga sehat selalu ya … Semoga kita semua dijauhkan dari bahaya covid 19 dan bahaya yg lain… Baca blog nya aq nderedeg , penasaran ma adik Yusuf… Alhamdulillah lancar…
aamiin aamiin allahuma aamiin, makasiiiih doanya mama Cinta … Shinta dan keluarga juga ya, semoga sehat selalu semua.
makasih sharingnya
Alhamdulillah negatif ya mba.. ya Allah ikut deg deg an baca nya.. bismillah semoga kita semua terhindar dari virus ini…