“Nggak usah terlalu ngoyo, yakin lah bahwa Allah itu pasti mencukupkan rezeki kalian.”
Pesan dari Bapak Mertua tersebut begitu membekas dalam ingatan saya, memang benar bukan bahwa Allah pun telah berfirman
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” QS. Ath-Thalaq 2-3
4,5 tahun membersamai suami melanjutkan pendidikan dokternya, menjadi residen atau Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Artinya suami saya wajib menjalani program “magang” di Rumah Sakit Daerah.
Yang berarti selama kurun waktu tersebut jangan harap suami akan menerima penghasilan atau gaji, pun berpraktik seperti sebelumnya ketika ia menjadi dokter umum. Syukur-syukur kalau ada insentif, tapi jangan banyak berharap deh daripada manyun … begitu katanya.
Terbayang nggak bagaimana kami menyambung hidup kemarin? Sampai suatu ketika kami dihadapkan pada pertanyaan “Berapa jumlah hartamu?”
Drama Mengisi SPT Tahunan
Singkat cerita hari itu saya pergi ke kantor pajak mengurus SPT tahunan yang sudah tertunggak selama 3 tahun lamanya.
Ya, saya masih bingung bagaimana cara mengisi pajak SPT Tahunan, sudah terbiasa waktu dulu masih bekerja SPT Tahunan dilaporkan secara kolektif oleh pihak kantor.
Jadi daripada salah isi, setelah mendapatkan nomor efin saya bergegas antri untuk mendapatkan layanan tentang “Bagaimana sih cara mengisi SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang benar?”
Sampai pada nomor antrian dipanggil, saya duduk di kursi yang telah disediakan di meja Customer Service. Mas petugas pajak menyapa saya dengan ramah “Ada yang bisa dibantu, Bu?”
Kemudian saya pun menceritakan kesulitan saya yang hendak melaporkan SPT Tahunan, terutama membayar tunggakan 3 tahun tersebut lebih dulu.
Tak menunggu lama petugas pajak tersebut segera membantu dan membimbing saya agar mengerti langkah-langkah mengurus SPT Tahunan via online.
Satu persatu langkah saya ikuti, sampai lah kami pada lembar pertanyaan tentang berapa jumlah harta “Jumlah harta ini harus diisi ya , Bu. Berapapun jumlahnya.” ujar Mas petugas pajak.
Saya pun terdiam sejenak, karena paham sejak suami melanjutkan pendidikan spesialis kan Ia sudah tidak berpenghasilan lagi “Hmmm gimana ya, suami saya masih sekolah, Mas?” ujar saya bimbang.
Fyi … menurut laman DJP “Kategori besarnya harta dalam bentuk kas dan setara kas, piutang, investasi, alat transportasi, harta bergerak lainnya dan harta tidak bergerak.”
Petugas pajak pun masih samar memahami maksud pernyataan saya tadi, haruskah kupertegas artian sekolah yang terucap barusan?
Memang, bagi orang lain kondisi kami ini sangat lah mustahil. Gimana kalian menyambung hidup selama itu jika penghasilan tidak ada?
Hingga pada akhirnya terjadi percakapan berikut antara petugas pajak dan saya:
Petugas pajak: "Suami Ibu punya harta apa saja?" Saya: terdiam ... "Hmmm, apa ya?" Petugas pajak: "Kendaraan gitu, Bu. Motor, mobil atas nama sendiri ada?" Saya: "Saya enggak punya motor, mobil pun atas nama perusahaan bukan pribadi." Petugas pajak: "Rumah mungkin, Bu? Apakah ada yang aktenya atas nama suami?" Saya: "Rumah? Ada sih, tapi aktenya atas nama dua orang."
Petugas pajak mulai terlihat bingung, dan sedikit terheran-heran.
Petugas pajak: “Haaa? Akte rumah atas nama dua orang? Apa nggak rebutan tuh, Bu?”
Saya: “Alhamdulillah enggak itu, Mas. Satunya atas nama adik suami saya.”
“Hahahaha.” Sontak saya dan petugas pajak tertawa terbahak-bahak, tertawa karena bingung saking saya yang belum punya harta ini atau apa entah lah. Yang jelas kami berdua seperti menertawakan “Ini orang tidak punya harta tapi bisa hidup ya?!”
Petugas pajak: “Yasudah diisi sekenanya saja, Bu pkoknya jangan sampai kosong.”
Hahahaha kebayang, kan? Saya dan suami tidak punya harta tapi bisa menyambung hidup selama 4,5 tahun kemarin. Kalau bukan karena kemudahan yang diberikan oleh Allah Swt mana mungkin, petugas pajak saja sampai terheran-heran.
Ssst, mungkin petugas pajak itu baru paham kalau seorang dokter tidak selalu berduit wkwkwk. Ada kalanya kita ada di kondisi nerimo …ย jalani dan nikmati apa yang kita miliki saat ini.
Yakinlah jika kita menjalani dengan ikhlas, Insya Allah … Allah akan mudahkan langkah kita.
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam rangkaian Nulis Bareng Ning Blogger Surabaya, dengan tema “Buka aibmu, ceritakan kejadian ketika duit pas-pasan.”