Ketika pandemi Covid-19 membatasi ruang gerak kita, namun tidak dengan kreativitas. Saat itu saya melihat di akun Instagram STEAM Lab Indonesia membuka pendaftaran untuk kelas STEAM untuk anak usia 3-6 tahun. Dan dari situ terbersit mendaftarkan Babybear ke kelas ZOOM Steam Lab untuk menggantikan kelas PAUD yang tidak ia ikuti karena pandemi.
"Apa itu STEAM Lab?"
STEAM sendiri adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada hubungan pengetahuan dan keterampilan Science, Technology, Engineering, Art, dan Mathematics (STEAM) untuk mengatasi masalah. Dengan adanya unsur art, diharapkan melalui STEAM siswa akan terbiasa untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara yang kreatif. [sumber: ditsmp.kemdikbud.go.id]
Kenapa mandaftar di STEAM Lab? Melihat visinya sendiri yakni STEAM Lab ingin mencetak generasi kritis dan produktif yang peduli akan lingkungan beserta ekosistem di dalamnya dan mampu bersaing pada Era Revolusi Industri 4.0 … aamiin.
Jadi saya berharap di STEAM Lab dapat menampung dan memenuhi sikap kritis Yusuf yang sering bertanya kritis tentang sesuatu hal kenapa begini begitu.
Sesuai usia Yusuf waktu mendaftar kemarin 4,5 tahun … di sini Ia diajarkan Science dan Math dasar terlebih dulu menyesuaikan usianya 3-6 tahun.
Metode pembelajaran dengan eksperimenΒ memakai bahan-bahan yang awalnya terpisah ketika disatukan bisa menghasilkan sesuatu.
Tahapan pembelajaran dibagi tiap level, tiap level berlangsung selama 6 bulan. Tiap bulan 4x pertemuan setiap minggunya, dengan tema yang berbeda-beda. Sehingga kalau tiba hari weekend, Yusuf selalu excited bertanya “Ibuk besok kelas zoom-nya bikin apa?”
Dan bukan hanya Ia saja yang senang mengikuti kelas zoom-nya, kalau sedang menginap di mertua sepupunya pun ikutan berkesperimen bersama, karena memang kelas STEAM Lab seseru itu!
1. Kapilaritas pada tanaman
Kapilaritas adalah fenomena naik atau turunnya permukaan zat cair dalam suatu pipa kapiler. [sumber: wikipedia]
Bahan-bahan yang dibutuhkan:
- 3 batang daun sawi putih
- 3 pewarna makanan merah hijau
- 3 wadah gelas kaca
- Air
Langkah-langkah eksperimen:
- Masukkan air ke dalam gelas wadah gelas, kira-kira separuh tinggi gelas saja.
- Teteskan pewarna makanan ke masing-masing gelas, merah, hijau dan kuning.
- Lalu daun sawi dimasukkan ke dalam air yang telah diberi pewarna makanan tadi.
- Tunggu sekitar 1 jam, maka air yang berwarna tadi akan meresap mengalir naik batang daun hingga ke celah-celah ruas daun sawi.
Seperti di foto berikut ini, nampak jelas perubahan warna daun sawi sebelum dan sesudah air berwarna naik ke atas daun sawi.
Contoh kapilaritas dapat pula kita jumpai di kehidupan sehari-hari, seperti naiknya minyak tanah ke sumbu kompor, tanaman yang disiram air akan naik ke akar, batang hingga daun, dinding rumah yang basah akibat air hujan yang meresap ke batu bata.
2. Eksperimen melihat suara (how to see sound)
Kalau dilihat dari pengertian bunyi itu sendiri, bunyi adalah getaran yang merambat.
Jadi secara logika getaran itu dapat kita rasakan, lalu bangaimana melihat suara atau bunyi?
Bahan-bahan yang dibutuhkan
- Mangkuk
- Plastik wrap
- Beras
- Panci
- Sendok untuk memukul
Langkah-langkah eksperimen:
- Tutup mangkuk dengan plastik wrap, kemudian letakkan beberapa butir beras di atas mangkuk yang telah ditutup plastik wrap tadi.
- Dekatkan panci ke arah mangkuk, lalu pukul panci menggunakan sendok.
- Lihat yang terjadi, butiran-butiran beras di atas mangkuk tersebut akan meloncat-loncat akibat getaran yang dihasilkan dari suara oukulan panci tersebut.
- Semakin keras kita memukul dan mendekatkan dengan sumber suara, makin kencang pula lompatan berasnya.
Yusuf benar-benar terpanah melihat eksperimen kali ini, sampai-sampai panci Emak dipukul berulang haha.
3. DIY Water filter
Filter air sudah sering kami gunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk memfilter air kolam koi.
Mulai dari lembaran busa, bola-bola bio ball filter, kerang jahe, hingga batu kita gunakan dalam sistem filter air pada kolam koi di rumah.
Bahan-bahan:
- Botol bekas air mineral
- Batu
- Kerikil
- Kapas
- Batu arang
- Pasir
- Tanah
- Air kotor
Langkah-langkah eksperimen:
- Gunting bagian bawah botol air mineral, tutup botol dibalik dan bagian bawah botol yang digunting tadi jadikan alas.
- Susun bahan penjernih air tadi satu persatu, mulai dari batu, kerikil, kapas, batu arang, kapas lagi, pasir lalu terakhir tanah.
- Kemudian siram dengan air kotor dan lihat apa yang terjadi, air kotor tersebut berubah menjadi lebih bersih dari semua.
Dan eksperimen DIY filter air sederhana tersebut bertujuan mengenalkan ke anak bahwa air kotor dapat disaring dengan bantuan beberapa bahan penjernih air seperti di atas.
4. Menyalakan api dengan Kalium Permanganat (obat PK)
Dilansir dari laman halodoc, Kalium Permanganat atau disebut juga Potassium Permanganat merupakan obat yang digunakan untuk membersihkan borok/koreng, eksema, serta infeksi karena jamur/kutu air.
DISCLAIMER: eksperimen kali ini harus didampingi dan diawasi orang tua
Bahan-bahan lainnya adalah:
- Alumunium foil
- Gliserin
- Wadah tahan panas
- Sendok pengaduk
*sebaiknya dibantu oleh orang dewasa ya*
Langkah-langkah eksperimeneksperimen:
- Siapkan wadah tahan panas, alasi dengan alumunium foil.
- Tuang sedikit kalium permanganat, lalu cairan gliserin.
- Aduk perlahan hingga keluar api π
Sudah cocok jadi MacGyver belum nih? Hahaha, saya yang mendampingi anak-anak ini bereksperimen saja ikut excited dan ikut belajar hal baru.
Selamat bereksperimen π